Manajemen Risiko Perbankan - Risiko Kredit (Studi Kasus Bank Manhattan)

Risiko Kredit

  • Proses dan Pengukuran Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi jika counterparty gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan/bank. Risiko kredit dikelola pada level transaksi dan portofolio. Pengukuran risiko kredit dilakukan untuk semua kredit dan komitmen kredit (on dan off balance sheet), seperti pinjaman, komitmen untuk memberi pinjaman seperti L/C dan komitmen lainnya. Bank Manhattan menggunakan Teknik statistik untuk mengestimasi kerugian yang diharapkan dan kerugian yang tidak diharapkan (diluar prakiraan). Kerugian yang tidak diharpakan merupakan penyimpangan dari kerugian yang diharapkan. Estimasi tersebut menentukan alokasi biaya kredit untuk unit-unit bisnis yang kemudian dimasukkan kedalam pengukuran SVA (Shareholder Value Added) unit bisnis. Jika kerugian bisa diprakirakan maka kerugian tersebut bisa dimasukkan dalam penentuan harga (suku bunga kredit). Yang menjadi risiko adalah kerugian yang tidak bisa diharapkan. Risiko kredit portofolio individu (consumer) dengan komersial sangat berbeda. Secara umum kredit individu lebih mudah diprediksi dibandingkan dengan kredit komersial. Fluktuasi kerugian dari kredit komersial (risiko yang tidak bisa diprakirakan) akan semakin besar tergantung siklus ekonomi.

Proses manajemen risiko kredit dimulai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh Chief Credit Officer (Direktur Kredit). Pada tingkat unit bisnis maupun corporate proses pendisiplinan dilakukan untuk memastikan bahwa risiko telah dianalisis, dimonitor dan disetujui dengan akurat. Direktur kredit juga bertanggungjawab terhadap kerangka pengukuran kredit, mengalokasikan biaya kredit, memperhitungkan konsentrasi kredit, menetapkan batas kredit untuk menjamin terjadinya diversifikasi, mendelegasikan persetujuan kredit,  dan mengelola kredit bermasalah. Untuk level unit bisnis fungsi unit manajemen risiko kredit yang independen melapor ke manajer unit dan juga Direktur kredit. Unit fungsi tersebut bertanggungjawab untuk keputusan kredit taktis. Fungsi tersebut bertanggungjawab terhadap transaksi baru, penawaran produk baru, yang signifikan mempunyai wewenang akhir terhadap perhitungan risiko kredit, memonitor profil risiko kredit, dari portofolio unit bisnis.

Untuk kredit ritel (consumer) Bank Manhattan menggunakan model portofolio yang canggih, model scoring kredit dan alat kuantitatif lainnya untuk menghitung dan menetapkan standar risiko kredit ritel. Parameter ditentukan sejak awal, dan biaya kredit (misal persentase yang macet)  merupakan bagian integral untuk penentuan harga dan evaluasi kredit. Portofolio kredit ritel dimonitor untuk mengindentifikasi penyimpangan dari standar yang diharapkan, dan pergeseran perilaku nasabah.

Untuk kredit komersial proses manajemen risiko kredit dimulai dengan proses pemilihan nasabah. Pendekatan industri global yang dilakukan Bank Manhattan membantu pengenalan risiko industri yang muncul, sehingga antisipasi bisa dilakukan lebih awal. Nasabah internasional juga penting diperhatikan. Bank Manhattan  memfokuskan pada perusahaan terbesar, pemimpin dalam sektornya, dengan kebutuhan pendanaan internasional. Manajemen konsentrasi kredit juga penting dilakukan. Bank Manhattan mengelola konsentrasi kredit berdasarkan tingkat risiko, industri, produk, lokasi geografis.

  • Manajemen Risiko Kredit

Manajemen risiko kredit Bank Manhattan dilakukan melalui 2 (dua) mekanisme;

  • Mentransfer risiko kredit ke pihak lain melalui penjualan kredit. Bank Manhattan memberikan kredit sekira $ 500 miliar setiap tahunnya, tetapi hanya menahan sekira 7% dari kredit tersebut. Penjualan semacam itu secara signifikan mengurangi risiko kredit. Bank Manhattan memperoleh fee dari kegiatan memulai kredit dan pelayanan kredit. Disamping modal bisa lebih cepat kembali, yang kemudian diputar lagi. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa kredit komersial mempunyai fluktuasi risiko yang tinggi dibandingkan dengan kredit ritel. Melalui mekanisme penjualan kredit tersebut, kredit komersial bisa dikurangi secara signifikan, sehingga risiko Bank Manhattan bisa ditekan lebih lanjut. Saat ini komposisi kredit komersial dan ritel masing-masing 50%, dibandingkan dengan 80% dan 20% sebelum penjualan kredit dilakukan. Meskipun penjualan kredit cukup gencar masih mempertahankan sebagian (kecil) dari kredit tersebut. Bank Manhattan berargumen bahwa dengan mempertahankan sebagian kredit tersebut, Bank Manhattan (BM) ingin menunjukkan bahwa BM masih mempunyai komitmen dengan bisnis kredit tersebut. Jika ada kesulitan yang berkaitan dengan kredit komersial, BM masih bisa membantu dan mempunyai keahlian untuk menangani kredit tersebut;
  • Menggunakan metode SVA untuk mengevaluasi kinerja unit pemberi kredit. Melalui metode SVA manajer unit kredit akan melihat risiko dari kredit yang akan diberikan sehingga mereka akan berhati-hati dalam mengambil keputusan pemberian kredit.

SVA = pendapatan operasional – beban modal (keuntungan yang disyaratkan).

Contoh:

Misalkan ada dua orang trader (A dan B) sama-sama menggunakan dana sebesar Rp. 100 juta. Trader A memperdagangkan kredit consumer/ritel yang risikonya rendah, sedangkan Trader B memperdagangkan kredit komersial yang risikonya tinggi. Karena risikonya rendah keuntungan yang disyaratkan (beban modal) untuk trader A adalah 6% sedangkan trader B adalah 11% karena risikonya lebih tinggi. Jika A ingin memperoleh SVA yang positif maka ia harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 6%, sementara bagi  B, ia harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 11%. Melalui cara seperti itu risiko akan secara otomatis diperhitungkan dalam evaluasi kinerja trader tersebut.

Referensi; buku manajemen risiko karangan Mamduh M. Hanafi (Universitas Terbuka).

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Komentar

Menu Disabilitas